Minggu, 29 Mei 2016

METODE PENANGKAPAN “FISHING WITH FALLING GEAR"



MAKALAH
METODE PENANGKAPAN IKAN

FISHING WITH FALLING GEAR ATAU PENANGKAPAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP JARING DENGAN CARA MENJATUHKAN ALAT TERSEBUT UNTUK MENGURUNG IKAN






DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13 (TIGA BELAS)
                                          1.            KRISTIANI RANI MATHIUS : 14.101020.045
                                          2.            BELA PERTIWI                        : 14.101020.021
                                          3.            KASMAWATI                            : 14.101020.057




MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2016







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerahnya yang telah dilimpahakan, sehingga tugas ini bisa selesai tepat pada waktunya. Kami berharap makalah ini yang mana dengan materi khusus yaitu, alat tangkap cast net dan muro-ami dan dapat bermanfaat untuk manambah wawasan dan lebih mandalami pengetahuan tentang metode penangkapan ikan.
Saya mangucapkan terima kasih kepada bapak Gazali Salim ,selaku dosen pengampu. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pambaca. Akhir kata kamimengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.



                       

                                                                                                Tarakan,   mei 2016


                                                                                                            Penulis






DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang 4
b.      Rumusan Masalah 5
c.       Tujuan dan Manfaat 5
BAB II. PEMBAHASAN
a.       Alat Penangkapan Ikan Menggunakan Cast Net (Jala) 6
b.      Alat Penangkapan Ikan Menggunakan Muro-Ami 12
BAB III. PENUTUP
a.       Kesimpulan 17
DAFTAR PUSAKA










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta lebih dari 17.508. Di Indonesia sendiri 2/3 dari seluruh luas wilayahnya adalah wilayah perairan. Wilayah perairan Indonesia terdiri dari wilayah perairan laut dan wilayah perairan umum. Wilayah perairan umum sendiri masih terbagi lagi menjadi perairan sungai, danau, kolam, tambak dan lain-lain. Dengan wilayah perairan yang begitu luas dan terdiri dari bermacam-macam jenis perairan hal ini berdampak pada jenis alat tangkap  yang begitu beragam pula. Ada jenis alat tangkap yang digunakan di laut adapula yang digunakan di perairan umum. Dari alat tangkap yang tradisional sampai yang modern, dari alat tangkap yang mahal sampai kealat tangkap yang sederhana. Keberhasilan suatu penangkapan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keahlian nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap (teknik penangkapan), daerah penangkapan yang yang tepat, dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam sebuah operasi  penangkapan  ikan. Dalam pembahsan kali ini akan dibahas mengenai klasifikasi teknik dalam penangkapan ikan.
Jika melihat berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi di suatu perairan, sangatlah beragam. Tentu dari masing-masing alat tangkap membutuhkan teknik pengoperasian yang berbeda-beda. Namun beberapa alat tangkap ada yang mempunyai kemiripan dalam pengoperasiannya walaupun ada yang lebih sederhana dan ada yang lebih kompleks.  Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien (Ayodhyoa, 1983). Keberadaan alat penangkapan ikan di indonesia ini sudah berkembang pesat, dengan berbagai macam alat tangkap yang telah dimiliki sudah beredar diseluruh sektor perikanan indonesia. Diantaranya adalah jala  yang termasuk golongan alat yang ramah lingkungan dan muro-ami alat yang bisa menyebabkan ekosistem perairan terganggu.  Pemanfaatan sumberdaya hayati laut tidak lepas dari kegiatan operasi penangkapan ikan yang melibatkan berbagai unit penangkapan ikan, unit penangkapan ikan yang berkembang saat ini cukup bervariasi mulai dari yang berukuran kecil jala dan muro-ami.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.            Apa yang dimaksud dengan alat tangkap jala dan muro-ami ?
2.            Bagaimana cara pengoperasian alat tangkap jala dan muro-ami?
3.            Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan pada alat tangkap jala dan muro-ami !

C.    Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.            dapat mengetahui cara pengoperasian alat tangkap jala dan muro-ami di perairan
2.            untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alat tangkap jala dan muro-ami.
3.            Untuk mengetahui factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap jala dan muro-ami.

Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.            Sebagai bahan bacaan dan referensi daslam penyusunan tugas-tugas yang berhubungan dengan alat tangkap jala dan muro-ami
2.            Sebagai bahan bacaan utntuk menambah wawasan mahasiswa dalam memahami penggunaan alat tangkap jala dan muro-ami di perairan

BAB II
PEMBAHASAN

A.    ALAT PENANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN CAST NET
     I.            Definisi dan Klasifikasi
Cast net adalah alat tangkap yang terbuat dari bahan jaring berbentukkerucut, pengoperasiannya dijatuhkan menggunakan dua palang rentang yangterletak mendatar disisi kapal dan tali kerut (RSNI1. Alat penangkapan ikan - jala jatuh cumi).
Sesuai dengan International Standard Statistical Classification of Fishing Gear  – FAO, cast net  termasuk dalam klasifikasi alat tangkap yang dijatuhkandengan menggunakan singkatan dan berkode ISSCFG 06.1.0 yaitu jala jatuhlainnya (falling gear not specified ). Berdasarkan KEPMEN Kelautan danPerikanan No. KEP.06/MEN/2010 tentang alat penangkapan ikan di WPPNRI, cast net termasuk dalam kelompok alat penangkapan ikan yang dijatuhkan atauditebarkan (falling gear ), yaitu kelompok alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, besi, kayu, dan/atau bambu yang cara pengoperasiannya dijatuhkan /ditebarkan untuk mengurung ikan pada sasaran yang terlihat maupun tidak terlihat (SNI 7277.12:2008).
Alat tangkap cast net dirancang dari bahan jaring (webbing ) berbentuk piramid, terdiri dari bagian badan yang berkedudukan di bawah dan bagian kantong di atas. Pada mulut jala dipasang pemberat dalam jumlah besar sehingga mempercepat turunnya jala pada saat dijatuhkan, selain itu pada mulut jala juga terdapat cincin dan tali kerut yang berfungsi untuk mengerutkan jaring sehingga cumi-cumi yang masuk dalam jala tidak keluar.

  II.            Spesifikasi Teknis
Komponen – komponen pada alat tangkap cast net terdiri dari badan jaring (dapat berupa PE atau PA), kantong (dengan bahan PE), pemberat (terbuat dari timah dan rantai besi atau timah), cincin (terbuat dari bahan kuningan atau logamlainnya), takal (yaitu kerekan kecil yang dipasang pada setiap sudut batang rentang berfungsi sebagai tempat meluncurnya tali jala), palang rentang (yang berupa batang kayu/bambu/besi atau bahan lainnya yang dipasang pada samping kapal untuk membentangkan jala), dan tiang lampu (berupa kayu/besi yang dipasang pada samping kapal untuk meletakkan lampu penangkapan).
Desain dan konstruksi cast net dapat dilihat pada gambar 1

                                    Gambar 1. Desain konstruksi cast net 

Spesifikasi teknis alat tangkap cast net yang boleh beroperasi di WPPNRI yaitu ukuran mesh size jaring ≥ 1 inch dengan panjangjaring <20 m dan lebar jaring < 20 m, menggunakan alat bantu berupa lampu dengan total daya < 16.000watt serta menggunakan kapal motor berukuran > 30 GT. Untuk daerah operasiyang diperbolehkan yaitu pada jalur penangkapan ikan III di WPP-NRI 571,WPP-NRI 572, WPP-NRI 573, WPP-NRI 711, WPP-NRI 712, WPP-NRI 713,WPP-NRI 714, WPP-NRI 715, WPP-NRI 716, WPP-NRI 717 dan WPP-NRI 718. Adapun lokasi WPP-NRI dapat dilihat pada gambar 2
Gambar 2. Peta WPPNRI

III.            Metode pengoperasian
Cast net pada umumnya dioperasikan di perairan yang agak jauh dari pantai dengan atau tanpa alat bantu penangkapan berupa lampu. Pengoperasian cast net dilakukan dengan cara menjatuhkan/menebarkan jala pada suatu perairan dimanatarget sasaran tangkapan berada, kemudian dilanjutkan dengan menarik tali kerut pada bagian bawah jala. Adapun langkah-langkah teknik pengoperasian adalahsebagai berikut :
a.)    Lampu-lampu pengumpul ikan (attracting lamp) atau lampu bawah air(under water lamp) dinyalakan untuk mengumpulkan cumi-cumi; 
b.)    Palang rentang dipasang pada posisi siap operasi;
c.)    Jala direntang pada tiang rentang sehingga siap untuk dijatuhkan;
d.)   Cahaya lampu dikurangi setelah cumi-cumi berkumpul di sekitar kapal,sehingga terkonsentrasi di bawah jala;
e.)    Jala dijatuhkan ke air sehingga cumi-cumi terkurung dalam jala;
f.)     Tali kerut ditarik sehingga cumi-cumi yang terkurung tidak dapat keluar;
g.)    Jala diangkat dengan menarik tali kerut sehingga cumi-cumi masuk kedalam bagian kantong;
h.)    Jala diangkat ke geladak kapal kemudian hasil tangkapan dikeluarkan dengan membuka tali kantong.

Pengoperasian cast net menggunakan alat bantu penangkapan lampu yang berfungsi sebagai pengumpul cumi - cumi dan kapstan sebagai penarik tali kerut dan
juga berfungsi untuk menaikkan hasil tangkapan.

IV.            Hasil Tangkapan
Target utama tangkapan alat tangkap cast net adalah cumi-cumi, namun dapat digunakan juga untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil. Hasil tangkapan dominan cast net  adalah ikan-ikan pelagis yang memiliki kemampuan rendah.

  V.            Sistem Penangkapan Ikan Dengan Cast Net
Merujuk pada model informasi Lukashov (1972), sistem perikanan cast net dapat digambarkan seperti pada Gambar 3. Model ini memungkinkan Peranan yang dimainkan oleh unsur sistem penangkapan ikan dengan cast net menjadi lebih mudah dipahami.
    Gambar 3 Diagram sistem penangkapan ikan dengan cast net

Setiap komponen kecuali ikan mewakili unsur tehnik untuk penangkapan ikan. Alat pendeteksi lokasi ikan adalah echosounder. Modifikasi tingkah laku ikan adalah lampu. Agen kontrol tingkah laku ikan dan untuk alat penangkap ikan diperankan oleh anak buah kapal.
Pemantau alat tangkap dan pemantau lampu juga dilakukan oleh anak buah kapal. Semua komponen teknis tersebut dikendalikan oleh nakhoda sebagai pusat kontrol.
VI.            Metode Pengoperasian Cast Net
Cast net  dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan dengan nomor KEP.06/MEN/2010 digolongkan dalam kelompok jenis alat penangkapan ikan yang dijatuhkan atau ditebarkan ( falling gear ). Alat penangkapan ikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, besi, kayu, dan atau bambu yang cara pengoperasiannya dijatuhkan/ditebarkan untuk mengurung ikan pada sasaran yang terlihat maupuntidak terlihat.
Pengoperasian cast net sendiri dilakukan dengan caramen jatuhkan atau menebarkan pada suatu perairan dimana target sasaran tangkapan berada, dilanjutkan dengan menarik tali kerut pada bagian jala. Cast net dioperasikan di perairan yang lebih jauh dari pantai dengan atau tanpa alat bantu penangkapan berupa lampu.
a.      Basic Way to Control Fish Behaviour
Cara pengendalian ikan sasaran hasil tangkapan yang dilakukan pada alat penangkapan ikan dengan cast net adalah attraction. Cast net menarik perhatian ikan untuk memasuki area jangkauan penangkapan dengan alat bantu lampu, sehingga ikan dengan sendirinya memasuki jangkauan penangkapan. Setelah ikan  berkumpul,  lampu dimatikan  secara bertahap  satu persatu  dan  disisakan lampu tengah. Hal ini dimaksudkan untuk memfokuskan gerombolan ikan pada satu area jangkauan yang lebih sempit, sehingga lebih mudah ditangkap
b. Basic Capture Methodes
Mekanisme tertangkapnya ikan pada cast net diawali dengan cara filtering. Badan jaring yang dilemparkan akan menyaring air dari atas ke bawahsampai kedalaman tertentu. Setelah itu bagian bawah jaring dikerutkan dengancara menarik tali kerut. Pada fase ini cast net  menggunakan mekanisme trapping,yaitu membuat ikan sasaran berada dalam ruang alat tangkap. Selanjutnya jaring diangkat ke kapal untuk diambil hasil tangkapannya.

VII.            OPSI PERBAIKAN ALAT DAN METODE PENANGKAPAN IKAN
Perbaikan alat dan metode penangkapan ikan dilakukan sebagai upaya agar alat dan metode tersebut menjadi lebih ramah lingkungan, atau agar performa alat tersebut menjadi lebih baik.  Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain dengan mengubah / memodifikasi desain alat tangkap, mengubah metode pengoperasian, mengubah  waktu  pengoperasian,  mengubah  lokasi operasi penangkapan, atau  memadukan dengan alat dan metode yang lain.
Perbaikan yang dapat dilakukan pada cast net  adalah dengan memadukannya  dengan lift net  (gambar 4). Kedua alat tangkap ini memiliki  prinsip  cara pengendalian ikan  yang sama,  yaitu  menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan.  Kedua alat tangkap tersebut juga menggunakan mekanisme  penangkapan yang  sama, yaitu mekanisme  filtering  di  awal pengoperasiannya.  Perbedaan keduanya terletak pada arah filtering yang dilakukan. Cast net  menyaring dari atas ke bawah, sedangkan lift net menyaring dari bawah ke atas.
    Gambar 4 Lift net (bagan)

Perpaduan cast net dan lift net dapat mengurangi peluang pelolosan ikan baik dari sisi atas (kelemahan lift net ), maupun dari sisi bawah (kelemahan castnet ). Perpaduan keduanya dapat meningkatkan performa alat tangkap. Gabungankeduanya membawa konsekuensi pada perubahan metode pengoperasiannya. Operasi penangkapan diawali dengan setting lift net. Selanjutnya jika ikan telah berkumpul  di  atas jaring, maka  cahaya lampu difokuskan ke tengah area jaring. Cast net diturunkan secara perlahan sampai menutup jarak antara jaring lift netdengan permukaan air. Kondisi ini membuat ikan tidak dapat lolos dari sisi atasmaupun bawah, sehingga hasil tangkapan menjadi lebih banyak.

B.     ALAT PENANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN MURO-AMI
I.            Definisi dan Klasifikasi
Muroami berasal dari bahasa jepang “muro” dan “ami”. Ami artinya jaring sedangkan muro ádalah sebangsa ikan carangidae. Didaearah Makasar para nelayan menyebutnya sebagai “pukat rapo-rapo” yaitu jaring yang digunakan untuk menangkap ikan ekor kuning (Suban dan Barus 1989). Berdasarkan klasifikasi alat tangkap menurut Von Brandt (1984)  muroami termasuk dalam drive-in-ne.
   
Gambar 5. Muro-ami
II.            Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Kontruksi muroami terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a. Bagian jaring, yang terdiri dari kaki panjang, kaki pendek, dan kantong (dengan ukuran kantong cukup besar dan dapat memuat 3 ton ikan).
b. Pelampung, terdiri dari pelampung-pelampung kecil yang berada pada tali ris atas dari kaki, yang merupakan pelampung tetap. Juga terdapat pelampung dari bola gelas dan bambu yang biasanya hanya digunakan pada saat oprasi penangkapan.
c. Pemberat, terdapat pada bagian bawah kaki (ris bawah) dan bagain bawah mulut kantong (bibir bawah) yang terbuat dari batu. Pada waktu jaring digunakan, pada bagian depan kaki masih dilengkapi jangkar. (subani 1989 dan gunarso 1985).
Parameter utama dalam alat ini adalah terdapat kantang tempat ikan tertangkap. Semakin besar kantong maka akan semakin banyak ikan yang dihasilkan dalam penangkapan.
III.            Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
a.       Kapal
Dalam pengoprasian muroami diperlukan 3-5 buah perahu, dimana sebuah perahu diantaranya berfungsi untuk membawa kantong, dan dua perahu lainnya untuk membawa sayap/kaki jaring masing-masing satu buah. Adapun dua buah perahu lainnya untuk membawa atau mengantar tenaga-tenaga penggiring (penghalau) ikan ke temapt dimana ikan berada. .(Ribka ruji raspati 2008).
b.      Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoprasikan muroami antara 20-24 orang. Seorang diantaranya berperan sebagai fishing master yang disebut tonas dan bertugas untuk memimpin jalannya penangkapan dan seorang sebagai penjaga atau pemegang kedua ujung kantong bila nanti jaring telah dipasang. Satu atau dua orang sebagai penjaga kantong bagian belakang. Empat sampai enam orang sebagai tukang penyelam, dan yang lain adalah sebagai pengusir ikan yang akan ditangkap (Subani dan barus 1989).
c.       Alat bantu
Alat bantu yang digunakan dalam pengoprasian alat tangkap ini diantaranya adalah selang sepanjang 100 meter, mesin kompresor sebagai penyuplai udara melalui selang penyelam, serok untuk memindahkan hasil tangkapan dari kantong setelah hauling kedalam palkah. keranjang plastik untuk menyimpan hasil tangkapan, serta peralatan penyelamatan yang dipakai oleh penyelam seperti sepatu, masker, dan regulator atau morfis. (Ribka ruji raspati 2008).
Selain itu alat bantu yang digunakan adalah Penggiring, terbuat dari tali yang panjangnya kurang lebih 25 m yang pada salah satu ujungnya diikatkan pelampung bambu, sedangkan ujung lainnya diikatkan gelang-gelang besi atau disebut ”kecrek”. Pada sepanjang tali ini juga dilengkapi dengan daun nyiur atau kain putih. Jumlah alat penggiring ini disesuaikan dengan jumlah nelayan yang nantinya bertugas sebagai penggiring kerah jaring atau memaksa ikan meninggalkan tempat persembunyiannya. ubani 1989 dan gunarso (1985).
d.      Umpan
Jenis alat tangkap ini tidak menggunakan umpan karena pengoprasiannya dengan cara menggirng ikan hingga masuk ke dalam jaring kantong.
IV.            Metode Pengoperasian Alat
Menurut Subani dan Barus 1989 proses pengoprasian muroami adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui dan dapat memperkirakan adanya kawanan ikan yang dilakukan oleh beberapa nelayan dengan cara menyelam dengan menggunakan kacamata air.
b. Menngetahui keadaan arus air antara lain kemungkinan adanya arus atas dan bawah serta mengenai kekuatan arus. Kekuatan arus skala sedang adalah yang paling baik untuk pemasangan atau penanaman jaring.
c. Pemasangan jaring delakukan demikian rupa sehingga membentuk huruf Vdan letak ujung depan kaki yang pendek harus berada di tempat dangkal dimana karang berada, sedangkan ujung kaki panjang diletakkan ditempat dalam.
d. Penggiringan segera dilakukan setelah pemasangan kantong yaitu dengan mengambil tempat anatara ¼-1/3 dari bagian ujung kaki yang belakang.
Muroami umumnya dioprasikan satu hari atau one day fishing. Satu unit penangkapan muroami rata-rata melakukan 2-3 kali setting dalam satu hari penangkapan. Muroami biasanya berangkat sekitar pukul 6-7 pagi, satu jam setelah pemberangkatan penyelam mengamati daerah penangkapan dimana muroami akan dioprasikan. Setelah mendaptkan lokasi, kapal yang memuat jaring dan palkah mulai menempatkan jangkar, kemudian para penyelam memasang jaring pelari dan jaring kantong pada kedalaman sekitar 5 hingga 35 m. Proses ini memakan waktu sekitar 40 menit. Faktor yang cukup penting dalam pengoprasian muroami adalah arus yang membantu jaring kantong dapat terbuka secara sempurna. Penyelam naik kekapal yang memuat kompresor hookah setelah pemasangan jaring selesai dan bersiap melakukan penyelaman tahap kedua. Tahap ini termasuk di dalamnya adalah proses penggiringan. Lama waktu penggiringan sangat bervariasi antara 10-40 menit, pada selang kedalamanya 5-35 m. Interval waktu antara penyelaman cukup pendek, sekitar 10 menit. Penyelam mengangkat jaring kantong ke permukaan secepat mungkin, setelah ikan digiring kedalam jaring kantong. Kemudian penyelam kembali masuk kedalam perairan untuk jaring pelari. Proses pelepasan jaring pelari ini biasanya memakan waktu sekitar 20 menit. (Ribka ruji raspati 2008).
V.            Daerah Pengoprasian
Simbolon (2005) diacu dalam Sondita dan Solihin (2006) menyatakan bahwa daerah penangkapan ikan adalah wilayah perairan tempat berkumpulnya ikan, dimana oprasi penangkapan dapat dilakukan dengan alat tangkap tertentu secara produktif dan menguntungkan. Daerah penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkap muroami adalah di perairan karang pada kedalamnan anatara 10-25 m yang letak dasar lautnya tidak terlalau miring. Berdasarkan penelitian Marnane et al (2004), jaring muroami dipasang di sekitar terumbu karang dengan kedalaman sekitar 10 hingga 20 m dan penyelam memulai penggiringan pada kisaran 5 hingga 35 m. Menurut Subani Dan Barus (1989) muroami dioprasikan di daerah jakarta (Kep. Seribu), Sulawesi Selatan (Kep. Spermende), Kep. Sapeken, dan lombok.
VI.            Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama dari alat tangkap ini adalah ikan ekor kuning (Caesio cuning). Selain ikan tersebut alat ini juga menangkap jenis ikan karang lainnya yang merupakan hasil tangkapan sampingan seperti ikan penjalu (Caesio coerulaureus), pisang-pisang (C.Chrysononus), sunglir (Elagatis bipinnulatus), selar kuning (Caranx leptolepis), dan kuwe macan (Caranx spp.) (Subani dan Barus 1989).






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Cast net adalah alat tangkap jaring yang berbentuk kerucut, yang terdiridari bagian badan jaring dan bagian kantong jaring. Alat ini dioperasikan dengancara menjatuhkan atau menebarkan jaring ke arah target sasaran. Alat tangkapCast net di bantu dengan cahaya lampu untuk menarik perhatian danmengumpulkan ikan. Target tangkapan dari cast net adalah ikan– ikan pelagiskecil yang mempunyai kemampuan renang rendah seperti cumi cumi, dll.
2.      Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan dan kantong jaring (cod end). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah perahu/kapal yg diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang.








DAFTAR PUSTAKA

Endroyono Dkk. 2012. Kumpulan Peraturan Alat Penangkapan Ikan. Direktorat  Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan       Ikan Kementerian      Kelautan dan Perikanan.
RSNI1. 2011. Alat penangkapan ikan - jala jatuh cumi (stick held cast net ).     Direktorat  Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan Kementerian      Kelautan dan Perikanan.
Fridman, A L. 1986. Calculations for fishing gear designs. Revised, edited         andenlarged by P J G Carrothers. Food and Agriculture Organization of    theUnited Nation by Fishing News Books Ltd. London.
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di         Indonesia        Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun             1988/1989. Edisi Khusus.       Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan         Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Raspati, ribka puji, M.P.B.R.2008 Pengkajian Hasil Tangkapan Muroami di            Kepulauan       Seribu [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen             Pemanfaatan   Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu     Kelautan Institut Pertanian     Bogor.
[Anonim].2007. Kelengkapan Alat Muroami.(terhubung berkala. Http//:www.        Kelengkapan   alat.htm. (10 Oktober 2009).